Jurnalkitaplus - Mengelola keuangan dengan baik merupakan salah satu kunci untuk mencapai keseimbangan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan terbaik umat Islam, telah menunjukkan bagaimana cara bijak mengatur keuangan yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat. Beliau bukan hanya dikenal sebagai pebisnis andal, tetapi juga investor sukses yang dijadikan teladan dalam membangun kemapanan dan kemerdekaan finansial. Bahkan, Rasulullah SAW lebih dikenal sebagai sosok yang menarik pemodal untuk menjalankan bisnisnya, bukan sekadar seorang investor pasif.
Melalui prinsip-prinsip yang beliau ajarkan, kita dapat belajar cara efektif mengelola harta tanpa melupakan tanggung jawab spiritual. Bagaimana sebenarnya cara mengatur keuangan ala Rasulullah SAW? Berikut adalah tujuh cara praktis dalam mengatur keuangan serta strategi investasi berkah yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari:
7 Cara Mengatur Keuangan Ala Rasulullah SAW yang Praktis dan Efektif
Dalam mengatur keuangan, Rasulullah SAW senantiasa memberikan contoh yang penuh kebijaksanaan dan relevan bagi kehidupan umatnya. Beliau tidak hanya mengajarkan cara menggunakan harta dengan bijak, tetapi juga bagaimana menanamkan nilai-nilai spiritual dalam pengelolaan keuangan.
Mendahulukan Kebutuhan Utama: Rasulullah SAW selalu mengajarkan pentingnya mendahulukan kebutuhan pokok sebelum memikirkan hal-hal tambahan. Kebutuhan utama dalam Islam meliputi makanan, pakaian, dan tempat tinggal, yang menjadi fondasi utama untuk menjalani kehidupan. Beliau sering mengingatkan bahwa memenuhi kebutuhan pokok adalah prioritas sebelum mengalokasikan harta untuk hal lain. Anda dapat menerapkan prinsip ini dengan membuat daftar belanja atau rencana keuangan bulanan yang berisi kebutuhan dasar, serta menghindari pembelian barang yang tidak terlalu diperlukan hanya karena tergiur diskon atau tren.
Hidup Sederhana: Salah satu ajaran utama yang diteladankan oleh Rasulullah SAW adalah hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini bukan berarti kekurangan, melainkan hidup secukupnya, tidak berlebihan, dan memanfaatkan apa yang dimiliki untuk hal-hal yang benar-benar penting. Hadits Riwayat Bukhari menyatakan, “Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan,” yang mengajarkan bahwa kehidupan dunia bersifat sementara, sehingga seseorang tidak perlu menghabiskan terlalu banyak waktu dan tenaga untuk hal-hal duniawi. Hidup sederhana adalah kunci untuk menjaga hati agar tidak terikat pada harta benda.
Bersedekah Sebagai Bentuk Syukur: Bersedekah adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan Nabi Muhammad SAW. Beliau mencontohkan bahwa bersedekah tidak hanya membersihkan harta, tetapi juga menjadi cara untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Anda bisa mulai bersedekah dengan menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, baik dalam bentuk uang, makanan, pakaian, atau tenaga. Sedekah tidak hanya membantu sesama, tetapi juga menciptakan hubungan sosial yang lebih harmonis.
Berinvestasi dengan Bijak: Rasulullah SAW juga mendorong umatnya untuk berinvestasi, terutama dalam perdagangan. Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa berdagang adalah salah satu cara yang baik untuk mengembangkan harta secara halal. Di era modern, prinsip ini dapat diterapkan dengan memilih investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan halal, seperti emas, properti, atau reksadana syariah. Penting untuk memahami risiko dan potensi keuntungannya sebelum berinvestasi agar tidak mengalami kerugian.
Tidak Boros: Salah satu prinsip penting dalam pengelolaan keuangan ala Rasulullah SAW adalah menghindari perilaku boros. Nabi Muhammad SAW menekankan bahwa boros bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga menunjukkan sikap yang tidak bertanggung jawab terhadap rezeki yang telah Allah berikan. Al-Qur’an (QS. Al-Isra: 26-27) menegaskan bahwa pemboros adalah saudara-saudara setan.
Mencatat Pemasukan dan Pengeluaran: Disiplin adalah salah satu sifat yang diajarkan Rasulullah SAW, termasuk dalam mengelola keuangan. Mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran adalah salah satu cara efektif untuk mengetahui kondisi keuangan Anda secara keseluruhan. Dengan pencatatan ini, Anda dapat melihat pola pengeluaran, mengevaluasi anggaran, dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan. Kini, Anda dapat memanfaatkan teknologi seperti aplikasi keuangan untuk membantu mencatat dan mengelola keuangan dengan lebih mudah.
Tidak Menumpuk Harta secara Berlebihan: Rasulullah SAW selalu mengingatkan umatnya untuk tidak menumpuk harta secara berlebihan. Dalam Islam, harta adalah amanah yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan, bukan ditimbun tanpa tujuan yang jelas. Beliau menekankan bahwa harta yang tidak digunakan untuk kebaikan dapat menjadi sumber fitnah dan melalaikan seseorang dari kewajiban spiritualnya. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok yang sering bersedekah dan tidak menyimpan harta kekayaannya.
Strategi Investasi Berkah Ala Nabi Muhammad SAW
Investasi bukanlah hal baru dalam dunia Islam; Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang pebisnis andal dan investor sukses.
Modal Sosial dan Kepercayaan: Perjalanan bisnis dan investasi Nabi Muhammad SAW dimulai sejak usia muda. Beliau tidak memiliki modal besar, namun memiliki modal sosial yang sangat berharga: kepercayaan dan amanah (al-Amin). Karena dikenal jujur dan terpercaya, banyak orang sukarela mempercayakan hartanya kepada beliau, dari sinilah beliau mendapatkan akses modal dan membangun jaringan investor.
Sistem Bagi Hasil (Mudharabah/Muzara'ah): Setelah berhasil menjalankan usaha dan mendapatkan keuntungan dari sistem bagi hasil, Nabi Muhammad SAW tidak hanya menggunakan hartanya untuk konsumsi pribadi. Beliau mengelola hasil usaha menjadi investasi jangka panjang untuk menghasilkan passive income. Konsep ini menjadi dasar dari sistem investasi syariah yang adil dan saling menguntungkan. Salah satu contohnya adalah ketika beliau menyewakan lahan di wilayah Khaybar kepada orang Yahudi dengan sistem bagi hasil (mudharabah atau muzara'ah), di mana orang Yahudi mengelola lahan dan hasil panennya dibagi dua sesuai kesepakatan.
Pilihan Investasi Rasulullah SAW:
Peternakan: Langkah pertama investasi yang dilakukan Rasulullah SAW adalah di bidang peternakan. Sejak usia 10 tahun, beliau telah menggembala kambing dan domba milik pamannya, yang memberinya pemahaman mendalam tentang cara merawat dan mengembangkan ternak. Ketika dewasa, beliau melanjutkan usaha peternakan dan berhasil memiliki puluhan ekor unta, serta hewan ternak lainnya seperti kuda, keledai, sapi, dan domba. Hasil peternakan ini menjadi salah satu sumber penghasilan berkelanjutan dan menambah kekayaannya.
Tanah dan Properti: Selain peternakan, Nabi Muhammad SAW juga melakukan investasi di sektor tanah dan properti. Beliau menyewakan lahan di Khaybar kepada orang Yahudi dengan konsep bagi hasil. Jika ingin mengikuti Nabi Muhammad dalam berinvestasi, pilihlah properti, lahan, dan hewan ternak.
Sedekah sebagai Fondasi Investasi: Satu hal yang paling penting dan menjadi fondasi investasi ala Nabi Muhammad SAW adalah sedekah. Dalam Islam, diajarkan bahwa dalam setiap harta yang kita miliki, terdapat hak orang lain. Meskipun kaya raya, Nabi Muhammad SAW dikenal sangat dermawan, sering bersedekah dalam bentuk uang, pakaian, makanan, maupun barang lainnya. Rasulullah SAW percaya bahwa sedekah tidak mengurangi harta, tetapi justru menambah keberkahan dan membuka pintu rezeki yang lebih luas.
Menjaga Keseimbangan Dunia dan Akherat
Dengan menerapkan tujuh cara yang telah dijelaskan, Anda tidak hanya akan lebih bijak dalam mengelola keuangan, tetapi juga mendapatkan keberkahan di setiap harta yang Anda miliki. Mengelola keuangan dengan baik adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Dengan meneladani cara Rasulullah SAW dalam mengelola harta, Anda dapat menjalani kehidupan yang lebih tertata, penuh manfaat, dan tetap dalam koridor syariah. (FG12)

.jpeg)